Pendidikan Berbasis Budaya
I. Pendidikan Sebagai Kebudayaan
Pendidikan karakter sebetulnya bukanlah hal baru dalam sistem pendidikan di Indonesia, sejak lama pendidikan karakter ini telah menjadi bagian penting dalam misi kependidikan nasional walaupun dengan penekanan dan istilah yang berbeda.Wacana urgensi pendidikan karakter kembali menguat dan menjadi bahan perhatian sebagai respons atas berbagai persoalan bangsa terutama masalah dekadensi moral seperti korupsi, kekerasan, perkelahian antar pelajar, bentrok antar etnis dan perilaku seks bebas yang cenderung meningkat. Robertson dalam Globalization: Social Theory and Global Culture, menyatakan di era globalisasi ini akan melahirkan “Global culture (which) is encompassing the world at the international level”. Sebab globalisasi menciptakan problematika yang sangat kompleks. Globalisasi muncul salah satunya disebabkan perkembangan teknologi, kemajuan ekonomi dan kecanggihan sarana informasi. Kondisi tersebut diatas telah membawa dampak positif sekaligus dampak negatif bagi bangsa indonesia, Kebudayaan negara-negara Barat yang cenderung mengedepankan rasionalitas, termasuk Indonesia yang masih memegang adat dan kebudayaan leluhur yang menjunjung nilai-nilai tradisi dan spiritualitas keagamaan. Fenomena tersebut menurut Tilaar (1999:3) merupakan salah satu ekses dari kondisi masyarakat yang sedang berada dalam masa transformasi sosial menghadapi era globalisasi.Pendidikan hari ini dihadapkan pada situasi dimana proses pendidikan sebagai upaya pewarisan nilai-nilai lokal di satu sisi menghadapi derasnya nilai global. Kondisi demikian menurut Tilaar (1999:17) membuat pendidikan hari ini telah tercabik dari keberadaannya sebagai bagian yang terintegrasi dengan kebudayaannya. Pada Kenyataan tantangan terbesar bagi dunia pendidikan saat ini, Proses pendidikan sebagai upaya mewariskan nilai-nilai luhur suatu bangsa yang bertujuan melahirkan generasi unggul secara intelektual dengan tetap memelihara kepribadian dan identitasnya sebagai bangsa. Disinilah letak esensial pendidikan yang memiliki dua misi utama yaitu “transfer of values” dan juga “transfer of knowledge”. Gejala pemisahan pendidikan dari kebudayaan dapat dilihat dari gejala-gejala sebagai berikut:
- Kebudayaan telah dibatasi pada hal-hal yang berkenaan dengan kesenian, tarian tradisional, kepurbakalaan termasuk urusan candi-candi dan bangunan-bangunan kuno, makam-makam dan sastra tradisional,
- Nilai-nilai kebudayaan dalam pendidikan telah dibatasi pada nilai-nilai intelektual belaka,
- 3.Hal lain, yaitu nilai-nilai agama bukanlah urusan pendidikan tetapi lebih merupakan urusan lembaga-lembaga agama”.